Rabu, 07 November 2012

FF "Ordinary Rose"

“Kau tidak boleh mengatakan suka pada cowok yang kau sukai. Jika kau mengatakannya kau akan melukainya dengan durimu.”
 

“Mimpi aneh.”
 
*---*
“Sehun oppa!” sapa para gadis-gadis seraya menghampiri cowok yang disebut – sebut namanya itu.
Yah, cowok bernama Oh Sehun itu adalah siswa dari kelas 11-3 Gyungri School yang sekarang menjadi artis idola para sisiwi di sekolah. Ketampanannya yang mirip dengan aktor terkenal Leonardo DiCaprio itu membuat para siswi-siswi di Gyungri School bertekuk lutut padanya tak terkecualipun dengan Lee Ni Chan. Gadis periang itu kini menjadi salah satu fans dari adik Leonardo DiCaprio, yah.. bisa dibilang seperti itu.
Oh Sehun memanglah seorang artis, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Kemunculannya di beberapa produk iklan dan majalah korea membuatnya ‘terlihat’. Awalnya Sehun adalah seorang cowok biasa-biasa saja, sama seperti cowok-cowok SMA lainnya. Namun sejak suatu keadaan yang harus membuatnya berubah, hasrat yang kuat dari dalam dirinya membuatnya bisa menjadi seperti ini. Mungkin ini semua lebih tepat dikatakan cita-cita yang terpendam atau cita-cita yang menjadi nyata, entahlah. Yang terpenting sekolah Gyungri School sangat beruntung memiliki salah satu siswa berbakatnya itu.
Tanpa memperdulikan sekeliling ataupun harga diri masing-masing mereka terus saja mencuri perhatian sang pangeran tersebut. Samar-samar terdengar ajakan kencan, bermain tenis bersama, pergi piknik dan hal-hal manis lainnya. Tak heran jika pemandangan ramai di sekitar meja Sehun sudah menjadi hal biasa bagi para penghuni kelas yang sekelas dengan cowok tampan itu.
”Lain kali saja ya..” tolak Sehun dengan halus.
“Sehun keren!” puji Ni Chan yang menjuluki dirinya sebagai siswi SMA biasa yang kini sedang tergila-gila dengan Sehun dari kelas sebelah.
“Sehun dasi geugeos-eul hwag-inhaleo?” (kau kemari untuk melihat Sehun lagi? ) sahut Daniel. Siswa yang kebetulan satu kelas dengan Sehun sekaligus teman kecil Ni Chan.
“Sehun-ssi keren sih! Ah.. enaknya kelas ini.” Jawab Ni Chan tanpa memandang Niel, panggilan Ni Chan pada teman kecilnya itu. Ahn Daniel. Alasan Ni Chan memanggilnya Niel karena ia merasa kata Daniel itu terlalu panjang untuk di ucapkan. Dasar cewek aneh, pikir Niel.
“Apanya yang keren. Kau Cuma ikut-ikutan.” Balas Niel sedikit risih dengan pujian Ni Chan yang diberikan untuk Sehun tersebut.
  “Niel-ya! Ada hadiah untukmu!”
“Eh?!” sontak Niel kaget dengan Ni Chan yang tiba-tiba sudah berdiri tepat di hadapannya sekarang. Bukankah tadi ia sedang asyik memandang Sehun, entahlah.
“Ulurkan tanganmu.” Perintah Ni Chan.
Sembari memasang sesuatu yang melingkari tangan kanan Niel dan.. kyut
Mwo ya?” Tanya Niel yang tak mengerti maksud Ni Chan dengan benda yang sekarang sudah melingkar cantik di pergelangan tangannya.
“Ini pita yang diikatkan pada bungkus kado dari temanku.” Jawab Ni Chan polos dan berlalu pergi meninggalkan Niel yang masih berdiri terbengong tak mengerti.
“YA Ni Chan! Memangnya aku sampah?!” teriak Niel pada Ni Chan yang sudah berjalan pergi meninggalkannya.
 
*---*
“Walaupun Niel bilang perasaanku pada Sehun hanya ikut-ikutan.. inilah yang namanya cinta! Aku benar-benar dag dig dug.” Gumam Ni Chan.
                Teringat sesuatu pada Niel, Ni Chanpun kembali ke kelas Niel dan menghentikan khayalan manisnya itu.
“Buang dong kalau itu sampah. Biar kucopot. Hihii……” kata salah satu teman Niel yang jail. Baru saja orang tersebut akan menyentuh pita kado berwarna merah itu..
“Jangan sentuh!” pekik Niel refleks sambil menepis tangan salah satu teman sekelasnya itu agar menjauh dari pita yang melingkar manis di pergelangan tangannya, “Biar kubuang sendiri nanti.” Sahut Niel akhirnya kemudian menyelipkan pita kado pemberian Ni Chan tadi kedalam saku celana sekolahnya.
“Wah.. dia mudah dipahami.” Bisik anak jahil tersebut kepada teman-temannya yang lain.
Sementara itu, Ni Chan yang hanya membutuhkan waktu tak sampai lima menit untuk sampai kelas Nielpun tepat saat Ni Chan membuka pintu kelas tersebut ia melihat Niel sedang asyik bermain dengan teman-temannya, lebih jelasnya Niel yang di jahili oleh teman-temannya itu tak sadar kalau Ni Chan melihatnya dari balik pintu yang terbuka sedikit. Bermaksud tak ingin mengganggu Ni Chanpun berbalik dengan tampang tak mengerti. Ada yang bisa menjelaskan paadaku apa maksud permainan itu?..
Dan pada saat itu juga, diam-diam ada yang mengawasi gerak-gerik dan tatapan Ni Chan tadi.
*----*
“Mau jadi manusia?... begitu. Jadi kau jatuh cinta pada manusia, wahai mawarku yang manis?”
--
“Baiklah, kau akan kujadikan manusia, tapi jika kau jadi manusia, kau akan mendapat kutukan.”
--
  “Rose, ingat baik-baik. Kau tidak boleh berkata ‘suka’ pada cowok yang kau cintai. Jika kau mengatakannya kau akan melukainya dengan durimu.”
 
##
“Jan, boleh aku disampingmu?” kata seorang pemuda pada gadis cantik yang dipanggil Jan tersebut.
“Aku suka padamu..” jawab gadis cantik itu.

 
BRAAAKK..!!!

 
*-----*
 
“Lagi-lagi mimpi itu!” kata Ni Chan yang terbangun dari tidurnya, “Kutukan katanya.. bangun tidurku benar-benar tak enak.”
 
~Neon jaemi eopseo manneo eopseo, run devil devil run!
 

“Ah, hapeku bercahaya.” Ni Chanpun segera mengambil barang berukuran kecil itu yang tergeletak manis disamping tempat tidurnya.
 
1 pesan MMS
 

Ia pun kemudian segera melihat isi pesan tersebut, “Apa ini?! Aku dapat foto Sehun! Kyaaaaa! God job Rei.” Katanya seolah teman sepermainannya itu dapat mendengarnya, “Aku sangat suka.”
Tanpa disadari layar handphone yang menunjukan foto Sehun tersebut retak dan akhirnya rusak.
 
*----*
Teng!... teng!
 
“Ni Chan!” Panggil Niel saat tak sengaja melihat Ni Chan yang sedang duduk menikmati makan siangnya bersama teman ceweknya tersebut.
“Ah, ya Niel.”
“HP-mu nggak nyambung. Kau lupa membawanya?” Tanya Niel yang memang tadi sengaja menelpon gadis itu untuk pergi bersamanya ke kantin.
“Soal itu..”
“Ni Chan bwayo!” seru seorang temannya yang tiba-tiba muncul disamping Niel.
  “Rei!” Ni Chan bingung dengan sikap temannya yang satu ini, teman yang juga sama-sama menggilai Sehun tanpa berani mendekati orang tersebut. Rei tiba-tiba muncul dengan tampang seperti orang yang berhasil memenangkan undian Lottre, “Mwo ya?
Tanpa menjelaskan sepatah katapun Rei langsung menyodorkan selembar kertas berukuran 8x4 itu tepat didepan muka Ni Chan yang masih bengong.
Kaget sekaligus tak percaya dengan apa yang di lihatnya Ni Chanpun sontak berteriak sambil tetap memandang secarik kertas tersebut, “Kau mendapatkannya dari mana?”
Dengan bangganya Rei menjawab, “Orang lulusan SMP Gyonggi yang menolongku.”
“Ah manisnya.” Kata Ni Chan tanpa mengedipkan mata sedetikpun pada foto Sehun milik Rei.
Karena sangat terpesonanya Ni Chan dengan foto itu ia sampai lupa dengan apapun yang ada di sekelilingnya termasuk Niel yang masih memandanginya.Ia meletakkan foto tersebut dengan apik di antara sebotol minuman dan bekal makan siangya yang ditaruh diatas meja sambil terpesona menatap Sehun dalam foto tersebut dengan menopang dagunya menggunakan tangan kanannya.
“ Aku juga suka Sehun waktu muda.” Gumam Ni Chan saat melihat foto Sehun ketika SMP. 
Entah darimana datangnya angin atau apapun itu yang bisa membuat sebuah botol berisi kurang dari setengah air tumpah dan mengenai foto Sehun yang jaraknya tak jauh dari botol minuman milik Ni Chan tersebut.
Melihat foto satu-satunya rangkap dengan barang kebanggan Rei itu Ni Chan segera meminta maaf dan menyesali atas perbuatannnya yang ceroboh meskipun ia sendiri masih bingung mengapa tiba-tiba botol air minumnya bisa jatuh dan tumpah sendiri.
Mianhe. Jeongmal mianhe.” Kata Ni Chan menyesal.
“Gyaaa.!” Teriak Rei histeris melihat barang kesayangannya luput tak tersisa, “Ni Chan pabbo ya!” umpat Rei kesal.
 
Lagi? Pikir Ni Chan dalam hati. Kemudian kata-kata wanita misterius dalam mimpi itu kembali terngiang dan membuat Ni Chan takut meyakinkan apakah kejadian sial berturut-turut ini memang seperti yang ada di mimpinya.
 
Teng! Teng…!
 
“Niel, bisa ngobrol sebentar?” panggil Ni Chan saat melihat Niel keluar dari pintu kelasnya.
Merekapun berjalan bersama menuju taman belakang sekolah, duduk diantara sebuah meja yang diapit oleh dua bangku setinggi pinggang manusia.
 “Wae yo?” tanya Niel membuka percakapan.
“Mungkin pertanyaanku aneh. Tapi.. kau percaya kutukan?” kata Ni Chan menatap mata Niel lekat-lekat.
“Hah?!”
Niel tak percaya kalau Ni Chan akan menanyakan hal ini. Kutukan katanya, tentu saja aku tidak percaya dengan hal bodoh seperti itu. Mana ada kutukan ataupun nenek sihir di dunia ini. Pikir Niel sehingga ia hanya diam karena tentu saja ia malas membahas hal yang ia tak sukai.
Karena Niel hanya diam Ni Chanpun melanjutkan, “Sebenarnya aku mimpi..”
Ni Chan akhirnya menceritakan mimpi anehnya yang belakangan ini mulai mengganggu istirahat tidurnya. Mulai dari kata-kata aneh wanita misterius tersebut sampai seorang perempuan cantik yang membuat orang yang dicintainya terluka.
“Jadi yang namanya Rose itu terkena kutukan. Dan begitu melihat mimpi itu, kau mewarisinya.” Jelas Niel.
“Iya.”
Niel terkejut. Ia tak menyangka kalau gadis yang tak ingin dilihatnya sedih itu mempunyai masalah yang sangat serius. Apalagi masalah itu berhubungan dengan hal-hal mistik yang sama sekali sangat tak dipercayainya.
“Kau benar-benar suka dengan Sehun?”
“Kan sudah kubilang memang begitu!”
Niel bingung harus berbuat apa. Ia benar-benar tak ingin melihat gadis itu murung dan bersedih. Jika rasa itu terus di lanjutkan Niel khawatir Ni Chan akan sakit hati karena ia tak akan pernah bisa menyampaikan rasa sukanya itu pada Sehun. Itu berarti sama saja Ni Chan membiarkan hatinya terluka dan Niel tidak ingin melihat itu terjadi.
“Sifatnya jelek, jadi sebaiknya hentikan..”
Maldo andwae! Aku nggak mau kabur seumur hidup dari kutukan.” Kata Ni Chan menggebu-gebu.
Melihat semangat itu Niel jadi sedikit menyesal dengan kekhawatirannya yang berlebihan tadi. Tetapi walaupun ia bersikap seolah-olah tak terjadi hal yang serius dengan dirinya, sebenarnya Niel tahu bahwa Ni Chan sangat sedih dengan kutukan yang tiba-tiba di arahkan padanya.
“Tapi apakah benar itu kutukan?” Tanya Niel masih tak percaya.
“Entah, tapi aku nggak bisa menyatakan persaanku padanya untuk mencobanya.” Jawab Ni Chan lemas.
 Melihat raut wajah Ni Chan seperti itu Niel tidak tega. Sebersit ide muncul dalam otaknya, “Camkkanman.” Ia kemudian berlari menyusuri halaman samping sekolah, jalan pintas untuk cepat menuju kelasnya. Ia akan memfoto Sehun melalui kamera handphone miliknya, dan tentu saja untuk meyakinkan tentang mimpi Ni Chan yang sampai sekarang belum dapat diterima oleh otaknya.
Sementara Niel pergi meninggalkannya sendiri, Ni Chan kembali memikirkan mimpi anehnya tersebut.
HP-ku retak dan fotonya basah. Gimana kalau kukatakan pada orangnya langsung?.. Ni Chan kembali mengingat isi mimpinya saat perempuan cantik bernama Rose itu menyatakan perasaannya kepada pemuda yang berada di hadapannya dan setelah menyatakan perasaan itu tiba-tiba saja pria tersebut jatuh bersimbah darah. Aku takut..
Aku tidak bisa mengatakannya. Tapi kalau menangis dan diam, tidak mengubah apapun. Aku terpaksa menerimanya kan?
“Ni Chan, cobalah dengan ini.” Kata Niel setibanya dari kelas. Niel segera memberikan handphonenya pada Ni Chan, “Aku memotretnya diam-diam.”
 “Sehun..” gumam Ni Chan melihat foto Sehun pada layar handphone Niel, “Aniyo, nanti HPmu rusak.” Tolak Ni Chan.
“Nggak masalah.” Jawab Niel santai karena ia tahu tidak akan terjadi apa-apa dengan HP-nya.
“Geure.. Aku suka.” Kata Ni Chan ragu.
“Egh!”
“Sudah kuduga..” kata Ni Chan pada akhirnya.
Tentu saja ia sudah menduga hal ini akan terjadi. Nasib handphone milik Niel akan sama dengan nasib handphone miliknya, rusak.
“Tapi, kalau aku tidak boleh mengatakan suka padanya nggak masalah kan kalau dia yang mengatakannya?! Benar juga! Kan ada cara itu.” Kata Ni Chan lagi. Sebersit harapan telah kembali padanya.
“Eh, Ni Chan..” gumam Niel. Ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Bagaimana mungkin, beberapa menit yang lalu ia putus asa, sedih, murung, dan sampai membuat dirinya khawatir. Tapi sekarang, belum lama waktu berjalan ia sudah kembali seperti biasa, dengan tampang konyol seperti itu.
“Makanya, untuk mewujudkannya aku ingin mengajak Sehun main bertiga denganku dan Niel.” lanjut Ni Chan sambil membayangkan rencana manisnya itu dengan mata yang berkaca-kaca dan pipi yang bersemu merah.
Tampak dari kejauhan Sehun sedang berdiri di bawah pohon terlihat asyik dengan benda kecil di tangannya.
Saatnya. Ini kesempatan bagus! Kata hati Ni Chan. Ia pun segera menghampiri tempat Sehun tersebut yang memang tidak begitu jauh dari tempatnya dan Niel duduk sekarang.
“Jeogiyo, aku Lee Ni Chan, teman kecil Niel.” Sapa Ni Chan ramah.
Sehun yang sedang asyik bermain game di PSP-nya dengan setengah hati menoleh pada sumber suara yang tak begitu asing di telinganya. Ia sedikit kaget dengan apa yang dilihatnya sekarang. Seorang gadis mungil yang sedang menatapnya dengan tampang konyol membuatnya sedikit agak muak. Namun akhirnya Sehun membalas sapaan tersebut.
“Niel…” jawab Sehun sedikit berpikir. Tak di sengaja matanya terarah pada sesosok pemuda yang dari kejauhan sedang mengawasi pembicaraannya dengan Ni Chan. Ahn Daniel.
Tanpa berbasa-basi lagi Ni Chan segera mengatakan rencanannya yang ingin mengajak Sehun pergi. Ni Chan tampak sangat antusias dengan hal itu. Ia menceritakkan rencanannya dengan sangat menggebu-gebu.
“Boleh.” Kata Sehun dengan senyuman manis mautnya.
Ni Chan tampak senang dan lega dengan jawaban Sehun tadi. Ia pun membalas, “Kalau begitu sabtu ini ya.” Kata Ni Chan dengan rasa senang yang tak dapat di tahan.
 
*-----*
“Jadi bagaimana? Apa si Sehun itu menyetujui ajakanmu?” Tanya Niel pura-pura tak peduli.
“Iya!” jawab Ni Chan bahagia. Sangat bahagia. “Dengar, sabtu nanti kubilang Niel demam ya.”
“Hehh?! Kenapa seperti itu?! Jadi aku tidak boleh datang?” kata Niel sedikit tak menyetujui dengan rencana Ni Chan tersebut.
Setelah mengatakan rencana keduanya pada Niel, Ni Chan segera pergi menuju kelasnya dan mengingatkan Niel agar tak lupa dengan rancana tersebut. Dan tentu saja ia tak mendengar pertanyaan Niel tadi yang dilontarkan padanya.
”Dia..” gumam Niel masih berdiri mematung dan matanya tertuju pada Ni Chan yang sedang berlari-lari kecil. Ia tahu gadis itu sekarang pasti sangat senang. Ia bisa melihatnya dari caranya tersenyum. “Terserahlah.”
 
*Sabtu*
 
Di Café..
“Mian, kau menungguku?” kata Ni Chan menghampiri Sehun yang sedang duduk di salah satu meja Café tempat mereka janjian.
  “Aniyo.” Jawab Sehun jujur namun halus.
“Niel bilang dia tidak bisa datang karena demam.” Kata Ni Chan memulai rencananya.
“Hmm.. demam, ya. Gwenchana.”
 
*----*
Sementara itu Niel yang disebut-sebut namanya tak bisa ikut karena demam malah berkeliaran di sekitar Café tempat Ni Chan dan Sehun janjian. Tentu saja ia tak bisa hanya diam di rumah menunggu kabar dari Ni Chan. Ia juga khawatir dengan Ni Chan apabila terjadi sesuatu pada gadis itu.
“Sial! Kalau begini kesannya aku seperti penjahat.” Kata Niel mengoreksi tingkah dirinya yang diam-diam mematai Ni Chan dan Sehun dengan berjongkok dari balik papan iklan pendek sebuah toko makanan yang berada di sebrang Café.
“Kau Ahn Daniel kan? Lama tidak bertemu.” Sapa seorang gadis dengan ramah yang tak sengaja lewat papan iklan tempat Niel bersembunyi.
“Egh!” kata Niel agak kaget. Karena terlihat konyol, ia pun akhirnya berdiri dan menyapa balik gadis tadi yang ternyata temannya sekelas waktu SMP dulu.
 
*----*
Ni Chan sangat menikmati kencannya bersama Sehun, sesekali ia tersenyum. Entah apa yang membuatnya setiap lima menit tersenyum seperti itu. Sementara Sehun menganggap pertemuan kali ini biasa saja.
Saat tak sengaja melihat ke arah luar jendela Ni Chan melihat sosok Niel bersama seorang cewek cantik sedang mengobrol terlihat sangat akrab. Niel?! Sedang apa dia? Siapa cewek itu?!
Sehun yang mengetahui tatapan arah Ni Chan tersebut membuatnya ingin melakukan sesuatu kepada hubungan Ni Chan dan Niel. Senyuman licik mulai menghiasi wajahnya.
“Ni Chan..”
Tersadarkan oleh panggilan Sehun itu Ni Chan menghentikan pikirannya yang macam-macam terhadap Niel. “Ya..”
“Nae yeoja chingu ga jullae?” (Maukah kau menjadi pacarku?)
Kaget dan tak percaya dengan apa yang di dengarnya barusan, Ni Chan terdiam sebentar. Ia tak menyangka kalau Sehun akan mengatakan itu saat kencan pertamanya ini. “N..ne.” jawab Ni Chan sedikit gemetar karena tak bisa menahan rasa senangnnya.
 
*----*
Jeon namja chinguga iss-eoyo!” (Aku punya pacar!)  kata Ni Chan sedikit berteriak. Ia masih tak percaya kalau sekarang ia adalah pacarnya Sehun. Cowok terpopuler sekaligus cowok yang di gila-gilai para siswi di sekolahnya.
“Aku bisa punya pacar tanpa bilang suka!” katanya sambil memeluk bantal berbentuk sapi kesayangannya yang di berikan Niel sebagai kado ulang tahunnya saat mereka SMP dulu. “Tenang. Kalau aku nggak mengatakannya seumur hidup..” memberi jeda untuk berpikir, “Tapi itu mustahil.”
Ni Chan tak mau memikirkan tentang hal itu berlarut-larut. Akhirnya ia memutuskan untuk segera tidur saja karena besok di sekolah ia akan bertemu dengan pangerannya. Ia tidak mau terlihat jelek dengan lingkaran hitam di matanya. Tapi teringat akan suatu hal ia mengurungkan niatnya itu sejenak. Benar juga! Ia belum memberi kabar pada Niel, pikirnya. Ia pun segera mengambil handphonenya dan segera menelpon Niel.
    
Ttuuuuttt… ttuuuuutt…
 
“Ada apa?” jawab Niel dari sebrang sambungan telepon.
“ Aku pacaran dengan Sehun!!” kata Ni Chan bersemangat.
Niel tak percaya. Sangat tak percaya dengan apa yang di dengarnya itu. Ia sangat khawatir dengan Ni Chan . tapi mendengar nada bahagia dari gadis itu Niel berpura-pura untuk tidak terlihat khawatir. Ia mengatur nafas dan berkata, “Oh.”
“Oh??! Hanya ‘oh’ ??! kau tidak senang ya?” selidik Ni Chan.
Tentu saja aku tidak senang kau pacaran dengannya Ni Chan! “Chukkae-yo.” Kata Niel akhirnya.
“Tapi, aku nggak bisa mengatakan suka padanya. Makanya, menurutmu aku harus bagaimana?”
“Nado Molla! Na jeongmal bappa!” (Aku tidak tahu! Aku benar-benar sibuk.)          
 
Ttuuuuuuuuutt…
 
“Akh! Apa-apaan sih Niel itu! Seenaknya saja menutup telepon.” Kata Ni Chan setelah mendengar sambungan nada telepon terputus. “Sudah bertahun-tahun aku nggak bertengkar sama Niel.” Katanya kesal sambil membanting HP-nya ke atas tempat tidur, “Niel pabbo ya!”
*----*
“Rose.. ada satu cara untuk melenyapkan kutukan. Dengar baik-baik. Untuk melenyapkan kutukan…”
 
Ni Chan terbangun dari tidurnya. Lagi-lagi wanita misterius itu muncul dalam mimpinya. Ia berkata, “Untuk melenyapkan kutukan kau harus berciuman dengan orang yang kau cintai.”
 “Eh..?” Ni Chan bingung. Ia tidak tahu harus bagaimana. Ia pun memutuskan untuk memberi tahu Niel.
Aku harus kirim email pada Niel kalau….
*----*

 Ia pun mengambil HP-nya yang terletak diatas meja kecil samping tempat tidurnya. Ni Chan segera mengetik dengan cekatan, ‘mungkin kutukannya bisa lenyap’
 
SENT
Tak lama kemudian balasan dari Niel datang. ‘Kenapa tiba-tiba kau berkata seperti itu?!’
Ni Chan sulit mengatakannya pada Niel, jadi ia hanya memberi tahu Niel dengan apa yang bisa ia katakana sekarang. ‘Kayaknya kutukannya bakal semakin melunak jika aku bersama orang yang kusukai!’
SENT

Ini bukan bohong kan? Lagi pula, kami bakal ciuman setelah lama jadian dan kutukannya pasti bakal lenyap.
 
*----*
Sudah hampir setengah jam waktu istirahat dipakai Ni Chan untuk mencari Niel. Hampir seisi sekolah sudah di lacaknya dan sekarang tempat terakhir yang belum di periksanya, taman belakang sekolah tempat ia dan Niel dulu membahas rencana kencannya bersama Sehun. Dari tadi pagi Ni Chan tidak melihat Niel. Ia merasa seperti ada yang kurang pada dirinya jika Niel tak ada di dekatnya. Hei! Kenapa aku berpikir seperti itu. Aku kan sudah punya Sehun.
“Sejak itu nggak ada balasan..” gumam Ni Chan sambil mengingat kejadian tadi pagi saat ia mengirimi Niel email dan saat sebelum ia tidur, saat ia mencoba menelpon Niel untuk memberi tahukan  hubungannya dengan Sehun, “Niel… aneh.”
Saat sedang memikirkan sikap Niel yang sepertinya mencoba menghindarinya, tak sengaja ia melihat Niel sedang berjalan menuju suatu tempat dan sepertinya Niel tidak menyadari kehadiran Ni Chan.
“Niel!” panggil Ni Chan dari sebrang sambil melambaikan sebelah tangannya.
Bukannya membalas sapaan Ni Chan, Niel malah mempercepat laju jalannya. Ni Chan yang merasa dirinya di abaikan tak terima. Ia pun mengejar Niel.
“Tunggu! Kau mengindariku kan?!” tebak Ni Chan tepat di belakang Niel.
Niel tak menjawab. Ia pura-pura tak mendengar pertanyaan Ni Chan tersebut dan semakin mempercepat laju jalannya. Ni Chan yang penasaran dengan sikap Niel sudah tak bisa di tahannya lagi. Ia benar-benar ingin tahu alasan sikap Niel yang berubah padanya.
”Hei!” panggil Ni Chan lagi sambil memegang lengan kiri Niel.
Seakan tak ingin dirinya disentuh siapapun Niel langsung menepis tangan Ni Chan sedikit agak kasar. Mereka berdua berdiri dalam diam. Ni Chan kaget dengan sikap Niel barusan dan Niel sendiri juga kaget dengan sikapnya itu.
Dengan gelagapan Niel akhirnya membuka suara dan berharap sikapnya tadi bisa dilupakan, “Bukan.. ng.. hari ini aku kurang enak badan. Mungkin aku demam, jadi jangan dekati aku.” Niel beralasan. Tak ingin terlihat semakin aneh Niel pun segera meninggalkan Ni Chan.
Merasa alasan tadi terdengar kurang masuk akal Ni Chan kembali memanggil Niel, “Ah, Niel!”
“Apa?” jawab Niel berbalik menghadap Ni Chan. Sebenarnya ia tak ingin menjawab panggilan Ni Chan. Tapi melihat sikapnya tadi yang menepis tangan Ni Chan dengan kasar membuatnya tak enak dengan gadis itu.
“Hng..” kata Ni Chan ragu dengan pertanyaannya, “Kau sudah punya pacar ya?”
Ugh! Aku tidak punya urusan, tapi menyetopnya. Dan apa yang kukatakan tadi? Itu kan bukan urusanku. Aku kan punya pacar jadi..
“Nggak punya!” dengan cepat Niel menjawabnya. Sangat cepat malah, “Ngomong apa sih?!”
“Oh begitu. He..”
“Aku harus pergi! Dagh!” Niel terlihat semakin aneh. Ia pun segera pergi.
Syukurlah.. kata Ni Chan agak senang dengan ucapan Niel tadi.
Hah?! Kenapa aku menjadi seperti ini. Aneh.. tadi sekilas Niel terlihat seperti cowok yang berbeda. Komentar Ni Chan saat melihat perubahan Niel kepadanya belakangan ini.
 
*----*
“Hmm.. demam ya.” Kata Sehun yang tiba-tiba muncul di koridor sekolah, “Kau menahan diri, ya.”
“Sehun..” gumam Niel sambil menatap ke arah Sehun dengan pandangan yang tajam.
“Apa boleh Ni Chan yang kau cintai kurebut?” kata Sehun mencoba memanas-manasi Niel.
B R A K !!!
Niel mengarahkan pukulanannya ke tembok. Tadinya ia ingin memberi pukulan itu untuk Sehun, namun mengingat Sehun adalah orang yang di sukai Ni Chan ia pun mengurungkan niatnya.
“Kau harus menyukainya!” teriak Niel sekencang-kencangnya pada cowok di hadapannya itu. “Jangan melakukan hobi burukmu yang suka meninggalkan gadis begitu kau bosan pada mereka!”
Peringatan Niel yang dianggapnya seperti angin berlalu itu hanya membuat Sehun terkekeh. “Nggak masalah kan? Merebut cewek orang itu asyik. Harusnya kau ceritakan sifat asliku kalau kau begitu menyayanginya. Kenapa kau tidak memberi tahunya hahh?!”
“BERISIK!!”
 
Teng teng!
 
Dengan terburu-buru Ni Chan berlari kecil kearah Niel yang sedang berdiri didekat pintu gerbang sekolah.
“Apa ini?” kata Niel heran dengan bungkusan kecil yang di berikan Ni Chan padanya.
“Obat demam. Cepat sembuhkan demammu!”
Apa dengan cara ini kau mau menghindar lagi dariku?
”Gomawo.”
Akhirnya, dia kembali seperti semula. Aku senang.
“Pulang yuk!” kata Sehun yang tiba-tiba muncul di antara mereka.
“Sehun.. maaf hari ini aku mau antar Niel.” Kata Ni Chan yang niatnya memang ingin menagntarkan Niel memeriksa kesehatannya.
“Nan gwenchana.” Jawab Niel tegas. Hampir saja ia lupa kalau tadi ia mengatakan pada Ni Chan ia sedang demam.
”Mana bisa begitu! Kau sakit kan?! Andalkanlah aku di saat begitu!” sahut Ni Chan lebih tegas.
Niel menarik tangan Ni Chan dan setengah mencondongkan tubuhnya ke telinga Ni Chan, “Sudahlah, pergi sana! Jika kau bersamanya mungkin kutukanmu akan lenyap.”
Setelah berkata seperti itu Niel meninggalkan Ni Chan dan Sehun. Ia pun berbalik keluar gerbang sekolah.
Ah.. benar! Aku sendiri yang bilang begitu.
Ni Chan masih menatap kepergian Niel. Tak ingin di hiraukan Sehun pun mengajak Ni Chan pergi sambil menggandeng tangannya.
“Ni Chan kajja.”
Sepanjang perjalanan pulang pikiran Ni Chan terus tertuju pada Niel. Ia benar-benar khawatir dengan keadaan Niel.
“Maaf tanganku.” Kata Ni Chan yang baru menyadari bahwa sepanjang perjalanan mereka bergandengan tangan. Ni Chan melepaskan genggaman Sehun.
Aku tidak sadar kalau kami berpegangan tangan. Padahal aku langsung tahu saat pegangan tangan sama Niel, karena tanganku langsung jadi hangat. Kenapa aku memikirkan Niel terus?! Kesannya aku suka sama Niel..
Karena isi otaknya telah penuh dengan segala sesuatu tentang Niel, ia sampai tak menyadari kalau ada sesuatu yang lembut di bibirnya. Sehun menciumnya.
“Dagh!” kata Sehun meninggalkan Ni Chan yang masih terbengong.
“Sehun menciumku. Berarti kutukanku lenyap, kan?” kata Ni Chan sambil terkekeh pelan.
Ia pun segera meraih handphone-nya dan mencari foto Sehun dari gallery foto handphone-nya. Ia ingin memastikan bahwa kutukannya benar-benar lenyap.
“Suka…” tak ada reaksi apapun yang terjadi pada HP-nya. “Tidak terjadi apa-apa. Aha.. ha.. ha..” kata Ni Chan lirih.
 Ni Chan kemudian mengganti foto tersebut ke foto Niel. Foto Niel yang sedang tersenyum ke arah kamera dengan dua jari membentuk huruf V.
“Pabbo! Mana mungkin kutukannya lenyap.” Kata Ni Chan mulai menagis, “ Yang kini kusukai bukan Sehun. Aku suka Niel.”
Trek! Benar saja, layar handphone Ni Chan langsung pecah.
Ni chan menangis menjadi-menjadi. Badannya lemas sampai ia terjatuh dan terduduk di atas aspal.
“Rose.. kenapa berikutnya aku?! Kenapa kutukan ini memilihku?”
Ni Chan kembali berdiri. Ia mencoba menguasai dirinya, “Aku nggak boleh kabur, harus ku hadapi!” katanya sembari menghapus air matanya.
Yang harus ku lakukan kini mencari Sehun sebelum dia pergi terlalu jauh.
“Sehun!” panggil Ni Chan yang berdiri tepat di belakang Sehun.
Sehun menoleh, “Ada apa?”
“Aku.. memang nggak bisa menjadi pacar Sehun. Maaf, aku memang egois tapi aku harus minta maaf.” Kata Ni Chan lirih.
“Apa Niel sebaik itu?”
“Hah?!”
“Payah!” umpat Sehun. Ia menghampiri Ni Chan dan mencengkram lengan gadis itu. “Kukira aku bisa bersenang-senang sedikit lagi. Ahn Daniel itu menyebalkan.” Kata Sehun terkekeh, “Maaf, tapi kau harus menemaniku untuk menyakitinya.”
“TIDAK!”
Niel!!! Niel.. dia datang..menolongku..
“Sudah cukup!” Niel segera menarik Ni Chan kedalam pelukkannya. “Aku akan lupakan ini, jadi jangan ganggu Ni Chan lagi!” pekik Niel sambil menatap tajam ke Sehun.
“Lupakan?” Sehun terkekeh, “Kau berlagak menjadi orang baik. Aku paling benci pada dirimu yang seperti itu.” Sehun pun berbalik dan pergi meninggalkan mereka berdua. “Payah! Seleraku hilang. Permainan berakhir.” Katanya kesal.
“Kau tidak apa-apa?” Tanya Niel pada Ni Chan. Ia melepaskan pelukkannya.
“Ya..” jawab Ni Chan lega. Ia sangat senang ternyata Niel masih memperdulikannya.
“Harusnya kucoba mencegahmu walaupun dengan paksaan sejak kau bilang menyukainya. Maaf ya.”
Kau selalu mencemaskanku dan mendukungku. Walaupun akhirnya sadar, tapi aku tidak bisa mengucapkan sepatah kata itu.
“Ne, gwenchana.”
Aku ingin berkata.. aku menyukainya.. Niel..
Ni Chan mendekat dan mengecup bibir Niel lembut.
 
WWUUUUUSSHH~~ ~ ~ ~~~
 Tiba-tiba angin kencang berhembus menuju mereka. Membuat mereka jatuh tersungkur di atas aspal.
“Baadanku… jadi ringan? Jangan-jangan kutukannya…!” kata Ni Chan menggantung
“Mau coba?”
“Ya..” jawab Ni Chan sedikit ragu.
Niel membantu Ni Chan berdiri. Keadaan terasaa agak canggung sejak kejadian itu.
“Itu, seperti bukan Ni Chan saja.”
“Eh?” kata Ni Chan bingung.
“Harusnya Ni Chan kan lebih tomboy!” ejek Niel.
“Kyaa!! Kau ini.” Malu dengan ejekan Niel tersebut, Ni Chan memukul-mukul Niel dengan kepalan tangannya.
Kyut!
“Eh ini..” pita kado yang dulu ia berikan pada Niel kini melingkar manis di pergelangan tangannya.
Niel masih meyimpan benda ini? Saat itu aku kan hanya bercanda memberinya pita ini. Dia, benar-benar…
“Aku suka kamu Ni Chan. Aku menyukaimu sejak dulu.” Aku Niel sambil tersenyum manis pada Ni Chan.
Sejak dulu..
“Aku juga su..” Ni Chan agak ragu mengatakannya. Ia sangat takut dengan kutukan itu. Tapi ia juga tidak bisa menahan untuk tidak mengatakannya. Dengan tekad yang kuat Ni Chan pun akhirnya mengatakannya, “Su.. su.. suka.”
Tidak terjadi apa-apa. Niel tidak berakhir seperti pria dalam mimpinya.
“Berhasil! Kutukannya memang benar-benar lenyap!” teriak Ni Chan bahagia sambil memeluk Niel.
 
'Aku tidak butuh sesuatu yang istimewa, yang penting aku bisa menyampaikan perasaanku.' Malam itupun berlalu dengan indah. Tidak ada lagi mimpi aneh yang menemani tidur Ni Chan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar